ISU KEKERASAN DALAM RELASI GENDER; SEBUAH ANALISIS ATAS NILAI KESETARAAN GENDER DI LINGKUNGAN SEKOLAH (STUDI KASUS DI MI CIWATIN PANCATENGAH TASIKMALAYA)

Penulis

  • Asep Munir IAI Tasikmalaya

Kata Kunci:

kekerasan berbasis gender; nilai kesetaraan perspektif gender; pendidikan multikultural

Abstrak

Pengarusutamaan Gender (PUG) hingga kini menjadi salah satu tema yang terus memantik logika banyak kalangan untuk memperbincangkannya. Pelbagai kalangan dari mulai tingkatan institusi, praktisi, aktivis hingga pemikir ramai-ramai mengangkat isu ini ke dalam kancah yang tak hanya berhenti pada tingkat wacana, melainkan juga sampai pada ranah kebijakan. Popularitas tema ini sampai pula pada konteksnya sebagai program yang menjadi bagian dalam pelaksanaan tugas dan/atau fungsi sebuah institusi. Itulah mengapa latar penelitian ini akan lebih memotret isu kekerasan berbasis gender dalam institusi sosial di tingkat satuan pendidikan mendasar, Madrasah Ibtidaiyyah (MI). Alasannya sederhana, bahwa institusi pendidikan –dengan segala fasilitas akademik yang ada di dalamnya–, dipandang seharusnya mampu untuk menggelorakan pendidikan multikultural yang berorientasi pada penguatan kualitas kesadaran kesetaraan gender terhadap peserta didiknya. Sementara itu, kerangka berpikir dalam penelitian ini menggunakan teori gerakan ganda yang menjadikan ide sebagai sebuah gagasan yang bermetamorfosis menjadi gerakan dan proses. Dalam konteks itu, problematika kekerasan berbasis gender di MI Ciwatin Pancatengah akan dipotret secara menyuruh dengan cara mengkonfrontirnya versus idea tentang kesetaraan gender yang tak lagi berhenti pada aspek wacana monolog, melainkan telah bertransformasi menjadi sebuah gerakan dan berproses menjadi kesadaran paradigma yang komprehensif pada setiap peserta didik yang berada di bawah naungan MI Ciwatin, Pancatengah, Tasikmalaya. Sebagai simpulan sementara, tampaknya ide kesetaraan gender yang dikembangkan MI Ciwatin lebih merupakan sebuah proses yang berorientasi pada empowering school culture. Kerangka pelaksanaannya ditopang oleh 3 dimensi fundamental yang saling bertautan; pertama, equity pedagogy berupa semangat pendidikan kesetaraan yang diimplementasikan baik secara langsung maupun tidak langsung; kedua, content integration yang berarti perpaduan nilai-nilai multikulturalisme ke dalam struktur dan standar pendidikan existing; ketiga, knowledge construction yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan yang kokoh lagi meluas dan mendalam. Semua ini bertumpu pada satu titik tuju yaitu; meminimalisir potensi prasangka buruk yang mungkin saja terdapat pada para peserta didik MI Ciwatin terhadap segala perbedaan yang ada. (prejudice reduction).

Unduhan

Diterbitkan

2023-03-31